LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
A.
PENGERTIAN
Mansjoer
(1999) menyatakan bahwa DM adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Sedangkan
Tapan ( 2006 ) menjelaskan bahwa DM
adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin
( kuantitas / kualitas ) baik oleh keturunan atau didapat. Konsentrasi glukosa
yang berlebih pada darah dapat menyebabkan kerusakan sel tubuh.
Long (
1996) menjelaskan bahwa DM merupakan penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler dan neurologis.
Price dan
Wilson (1995) menambahkan bahwa DM merupakan gangguan metabolisme yang
dimanifestasikan dengan hilangnya toleransi karbohidrat yang terjadi secara
genetis maupun didapat.
Dari
berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DM
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal ( dalam hal ini
adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan kelainan metabolisme
karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses
autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju
tahap perusakan imunologi sel – sel yang memproduksi insulin.
B.
PENYEBAB
DM dapat
disebabkan oleh banyak faktor. Noer ( 1996 ) menyebutkan bahwa ada 4 penyebab
terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas, dan sekresi insulin
yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut
berhubungan dengan resistensi insulin.
Faktor
keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan paling penting dalam
terjadinya DM karena pola familial yang kuat ( keturunan ) mengakibatkan
terjadinya kerusakan sel sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi
insulin maupun kerja insulin ( Long, 1996 ).
Fungsi sel
pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin
diperlukan untuk transport glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang
melintasi membran sel untuk metabolisme intraseluler. Jika terjadi kekurangan
insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan menyebabkan gangguan dalam
metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan fosfat ( Long, 1996 ).
Kegemukan
atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden DM menurun
pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka yang
mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor
resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas
mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia ( Price dan Wilson, 1995 ).
Perubahan
karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat mendukung
terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur – angsur akan menurun
bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah
yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal
ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel – sel beta,
lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin
( Long, 1996 ).
C.
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang ditentukan oleh
National Diabetes Data Group of The National Institutes of Health, sebagai
berikut :
1.
Diabetes Melitus tipe I atau
IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Melitus ) atau tipe juvenil
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan
ketergantungan pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup. Diabetes melitus
tipe I juga disebut juvenile onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20
tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta pankreas dan menjurus ke
defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami komplikasi metabolik
akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2.
Diabetes Melitus tipe II atau
NIDDM ( Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi
defisiensi insulin secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih
sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar.
NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin
yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post
reseptor yang tidak efektif.
3.
Gestational Diabetes
Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya
hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada
janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
4.
Intoleransi glukosa
Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.,
yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat –
obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik
tertentu. Umumnya obat – obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara
lain : diuretik furosemid ( lasik ), dan thiazide, glukotikoid, epinefrin,
dilantin, dan asam nikotinat ( Long, 1996 ).
D.
ETIOLOGI
Etiologi pada DM telah dijabarkan
oleh para ahli. , yaitu berkaitan dengan fungsi organ dan berbagai faktor
resiko yang mendahului.
Mansjoer ( 1996 : 588 ) menyatakan
bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ), atau DM yang tergantung pada
insulin ( tipe I ) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM )
atau tipe II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel beta tidakl mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya
( terjadi defisiensi relatif insulin).
Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM,
diantaranya :
- Faktor genetik ( herediter )
Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena
atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan autosomonal
dominan. Insulin Dependen
Diabetes Melitus : <50 % dan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus : 90 –
100% ( Long, 1996 ).
- Faktor ras dan etnik tertentu
NIDDM biasanya dialami oleh
non kulit putih, pada masyarakat Amerika angka kejadian NIDDM adalah 1:3,
sedangkan pada populasi umum adalah 1:200 ( Long, 1996 )
- Faktor autoimmune
Sel – sel beta pankreas dihancurkan oleh proses
autoimmune.
- Proses radang atau infeksi
Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan sekresi
insulin
- Faktor obesitas
Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang
kegemukan ( Long, 1996 ).
- Pada keadaan tertentu
Misalnya pada wanita dalam
masa kehamilan atau karena efek dari obat – obatan tertentu ( Long, 1996 ).
E.
PATHOFISIOLOGI
Insulin dan
glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan kelenjar eksokrin dan
endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau – pulau sel terletak menyebar
dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel – sel endokrin, yaitu sel alpha yang
memproduksi glukagon ; sel beta, yang mensekresi insulin ; sel delta yang mensekresi gastrin
dan somatostatin pankreas.
Mekanisme
kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam keadaan normal jika
terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel – sel hati dan otot yang disebut proses
glikogenesis. Proses ini mencegah terjadinya hiperglikemi. Jika terjadi
kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi,
antara lain :
- Transpor gula yang melewati membran sel berkurang.
- Glukogenesis berkurang,dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
- Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati akan dicurahkan secara terus menerus.
- Glukoneogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Ketosis
menyebabkan asidosis dan terjadi koma. Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas
darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah meningkat dan melebihi ambang
ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada tubulus
pun berkurang sehingga terjadi glukosuria. Karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran
urine pun banyak sebanding dengan pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan
poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun ikut keluar bersama urine sehingga
menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi penarikan cairan dari
intraseluler dan ektraseluler dan merangsang rasa haus berkepanjangan (
polidipsi ), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang rasa lapar
yang berkepanjangan ( polifagi ).
F.
MANIFESTASI
KLINIK
1.
Gejala
klasik pada DM adalah :
a. Poliuri ( banyak buang air kecil ),
frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada malam hari.
b. Polidipsi ( banyak minum ), rasa haus
meningkat.
c. Polifagi ( banyak makan ), rasa lapar
meningkat.
2.
Gejala
lain yang dirasakan penderita
a.
Kelemahan
atau rasa lemah sepanjang hari.
b.
Keletihan.
c.
Penglihatan
atau pandangan kabur.
d.
Pada
keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan penurunan kesadaran.
3.
Tanda
yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
a.
Kehilangan
berat badan.
b.
Luka,
goresan lama sembuh.
c.
Kaki
kesemutan, mati rasa.
d.
Infeksi
kulit.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Mansjoer (
1999 ) mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan pada
penderita DM untuk menegakkan diagnosa. Kelompok resiko DM, yaitu kelompok usia
dewasa tua ( lebih dari 40 tahun ), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari 4000 gram, riwayat DM selama
kehamilan, dan dislipidemia .
Pemeriksaan
dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dapat diikuti dengan
Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ). Untuk kelompok resiko yang haisl
pemeriksaanya negatif, perlu pemeriksaan ulangan setiap tahunnya.
Pada pasien
dengan DM di pemeriksaan laboratoriumnya akan didapatkan hasil gula darah puasa
> 140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan pada pemeriksaan gula darah post
prandial > 200 mg/dl
H.
KOMPLIKASI
Komplikasi
diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. ( Carpenito, 2001 )
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes
mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah
dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah ( Smeltzer, 2002 : 1258
)
1) Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan
oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (
Smeltzer, 2002 : 1258 )
2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan
asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
3) Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi aklau
kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik
dibagi menjadi 2 yaitu : (Long 1996) :
1) Mikrovaskuler
a.
Penyakit
Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
b.
Penyakit
Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalui disebabkan retinopati
(Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjanganyang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long,
1996 : !6)
c.
Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan –
perubahan metabolik lain dalam sintesa atau funsi myelin yang dikaitkan dengan
hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf ( Long, 1996 : 17)
2) Makrovaskuler
a.
Penyakit
Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah
menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke
b.
Pembuluh
darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang mengalami
hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki
yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang tekena trauma
(Long, 1996 : 17)
c.
Pembuluh
darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah
keotak menurun (Long, 1996 : 17)
I.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik oral
1)
Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak
digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan lain, yaitu biguanid,
inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi
pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan.
Obat – obat yang beredar dari
kelompok ini adalah ;
·
Glibenklamida
( 5mg/tablet ).
·
Glibenklamida
micronized ( 5 mg/tablet ).
·
Glikasida
( 80 mg/tablet ).
·
Glikuidon
( 30 mg/tablet ).
2)
Golongan
Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama
mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan ( glukosa
perifer ). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat
badan.
3)
Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama
menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan
kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang
masih normal.
b. Insulin
1)
Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung
pada insulin biasanya digunakan Human Monocommponent Insulin ( 40 UI dan 100
UI/ml injeksi ), yang beredar adalah Actrapid.
Injeksi insulin juga diberikan
kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang
tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal,
atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang
tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2)
Jenis Insulin
·
Insulin
kerja cepat
Jenis – jenisnya adalah
regular insulin, cristalin zink, dan semilente.
·
Insulin
kerja sedang
Jenis – jenisnya adalah NPH (
Netral Protamine Hagerdon )
·
Insulin
kerja lambat
Jenis – jenisnya adalah PZI (
Protamine Zinc Insulin )
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama
pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang
penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya.
Penderita DM sebaiknya
mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68 %
karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara :
·
Kurangi
kalori.
·
Kurangi
lemak.
·
Konsumsi
karbohidrat komplek.
·
Hindari
makanan yang manis.
·
Perbanyak
konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat
mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif.
Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan
mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih
baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin timbul pada
pasien DM:
1.
Resiko defisit cairan
berhubungan dengan gejala poliuri dan dehidrasi
2.
Gangguan nutrisi berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktifitas jasmani
3.
Kurang pengetahuan tentang
informasi/keterampilan perawatan mandiri diabetes
4.
Potensial ketidakmampuan
melakukan perawatan mandiri berhubungan dengan gangguan fisik atau
faktor-faktor sosial
5.
Ansietas berhubungan dengan
hilang kandali, perasaan takut terhadap ketidakmampuan menangani diabetes,
informasi yang salah tentang penyakit diabetes, ketakutan terhadap komplikasi
diabetes.
INTERVENSI
DP
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Resiko defisit
cairan berhubungan dengan gejala poliuri dan dehidrasi
Gangguan nutrisi
berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktifitas
jasmani
Kurang
pengetahuan tentang informasi/keterampilan perawatan mandiri diabetes
|
Defisit cairan
berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH
dapat menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit
Nutrisi
tercukupi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH
q dapat mengendalikan kadar glukosa darah
yang optimal
q
dapat meningkatkan kembali
berat badan
q
dpt melakukan aktifitas
perawatan mandiri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH Dapat
mengetahui tentang perawatan mandiri
|
¨ TTV untuk mendeteksi adanya tanda
dehidrasi.
¨ Berikan asupan cairan peroral
¨ Berikan elktrolit dan cairan intravena
menurut resep dokter
¨ berikan diit untuk pengendalian glukosa darah
¨ berikan makanan sesuai dengan resep
dokter
¨ berikan macam-macam posisi tidur
¨ Berikan pendkes pada pasien dan keluarga
|
¨ Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
¨ Memperbaiki asupan nutrisi
¨ agar tidak terjadi kesalahan dalam
memberikan makan
¨ agar tidak terjadi dekubitus jika lama
berbaring
¨ Agar mengetahui perawatan mandiri diabetes
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Doengoes
Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical
Concept. Alih bahasa : Peter
Anugrah EGC. Jakarta.
Carpenito, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Sjaifoellah, N. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan
Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI